Saturday, April 21, 2018

Demi Melunasi Hutang Aku Pun Rela Untuk Dicumbu

Anda sedang membaca Demi Melunasi Hutang Aku Pun Rela Untuk Dicumbu hanya di CersexPLUS.
Silahkan Bookmark (CTRL+D) untuk mendapatkan notifikasi Cerita Sex Terbaru dilain waktu saat Anda mengunjungi CersexPLUS. Kami sangat merasa senang jika Anda membiarkan CersexPLUS menjadi salah satu situs Cersex Favorit Anda.

Demi Melunasi Hutang Aku Pun Rela Untuk Dicumbu
Demi Melunasi Hutang Aku Pun Rela Untuk Dicumbu

Cersex - Perkenalkan nama saya Vina, saat menjanda aku berumur 26 tahun dan mempunyai satu orang anak dari mantan suamiku. Keseharianku aku selalu menggunakan jilbab yang menunjukkan kesopanan yang menutupi setengah dari dadaku.

Aku sudah menjanda dua tahun lamanya akibat sudah tidak ada kecocokan dan konflik yang tidak terselesaikan dengan mantan suamiku, dulu aku sangat sayang dengan suamiku tapi selang satu tahun perilaku suamiku menunjukan watak aslinya, dia suka main tangan kalau sedang marah.

Suamiku tidak pernah memberiku nafkah, karena dia seorang pengangguran. Secara umum, dia bukan laki-laki yang bertanggung jawab. Pada akhirnya aku pun menceraikannya, setelah dia ketahuan berselingkuh dengan wanita lain. Pada saat itu aku sedang mengandung anak hasil perkawinanku dengannya. Kekalutan yang kualami akibat perceraian itu membuatku mengalami depresi selama beberapa bulan, hingga akhirnya aku menyadari bahwa aku harus bangkit.

Perlahan-lahan aku pun mulai bangkit, dan melupakan perceraian tragis yang menimpa diriku. Aku ingat, bahwa aku harus menghidupi anakku. Mengingat aku lulusan sarjana psikologi, aku pun melamar dan alhasil aku pun bekerja di sebuah biro konsultasi psikologi. Bisa dikatakan, penghasilanku hanya pas-pasan untuk menghidupi diriku dan anakku. Pada saat ini, anakku yang berusia 1 tahun lebih kutitipkan pada neneknya di kota Y. Sedangkan aku sendiri bekerja di kota S, sebuah kota di jawa tengah. Di kota tersebut aku tinggal di kamar kost sederhana dan setiap akhir pekan aku mengunjungi anakku di rumah neneknya.

Banyak pria yang mengatakan bahwa aku memiliki wajah yang cantik dan keibuan. Dengan balutan jilbab yang selalu ku kenakan, aku menjadi Nampak anggun di mata para pria. Di samping itu, tidak ada tanda-tanda bahwa aku adalah seorang ibu beranak satu. Banyak yang menganggap aku masih gadis. Tinggi badanku adalah 165 cm. Ukuran payudaraku tidaklah besar, hanya 32 B, akan tetapi, pantatku bulat, padat dan membusung. Walaupun sudah beranak 1, aku memiliki perut yang datar.

Hal ini tercapai karena selalu rajin berolah raga. Tidak heran, meskipun statusku janda beranak satu, masih banyak pria yang mengharap cinta dariku. Akan tetapi, pada saat itu, aku belum berfikir untuk menjalin hubungan yang serius dengan seorang pria manapun. Hal ini disebabkan karena masih ada sisa-sisa trauma akibat perceraian yang menyakitkan tersebut. Aku memiliki pandangan bahwa semua pria adalah pendusta. Untuk apa aku menikah lagi kalau hanya untuk bercerai lagi.

Sudahlah… aku sudah merasa hidup bahagia sebagai single parent. Tak dapat kupungkiri bahwa aku merindukan pelukan pria. Tentu saja, karena aku pernah merasakan manisnya seks, maka aku pun seringkali merindukannya. Hingga saat ini, aku masih kuat untuk menahan hasrat itu, sehingga aku tidak terjerumus dalam seks bebas. Di samping dalam rangka menjaga norma dan keyakinan yang aku anut, Aku juga harus menjaga imej ku sebagai seorang wanita berjilbab yang selalu berpakaian rapih dan sopan.

Sejujurnya, aku seringkali bermasturbasi untuk mengurangi hasrat seksku tersebut. Herannya, semakin sering aku bermasturbasi, keinginanku untuk disetubuhi oleh pria justru semakin menggebu-gebu. Masturbasi hanya mengurangi hasratku untuk sementara, hanya pemuasan kebutuhan biologis semata, namun kepuasan psikologis tidaklah aku dapatkan. Adapun alat yang sering ku pakai untuk bermasturbasi adalah buah mentimun. Uhhh… sungguh beruntungnya buah mentimun itu. Sementara para pria yang mengharap cinta padaku saja belum ada yang berhasil menikmati jepitan lubang di pangkal pahaku, tapi buah mentimun silih berganti telah menyodok berkali-kali. Terkadang diam-diam aku melakukan masturbasi sambil menonton film porno di komputerku ketika di kost sendirian.

Dengan status jandaku, tentu saja ada beberapa pria yang menganggap diriku adalah perempuan gampangan, yang butuh dibelai. Dengan demikian, ada beberapa pria yang sering melakukan perilaku yang menjurus pada pelecehan seks, baik dari verbal hingga pada sentuhan fisik. Salah satunya adalah bosku, seorang keturunan cina, yang sekaligus pemilik dari biro konsultasi tempatku bekerja. Dengan pura-pura tidak sengaja, dia terkadang meremas pantatku atau payudaraku.

Dia seakan tidak peduli bahwa aku adalah seorang wanita berjilbab yang selalu sopan dalam berpakaian dan berperilaku. Dia bahkan pernah menempelkan kontolnya di belahan pantatku ketika aku sedang membungkuk membetulkan mesin printer di kantor. Aku terkejut, karena di sela-sela pantatku terasa ada batang keras yang menekan. Aku pun lalu segera menghindar. Aku tidak bisa marah padanya karena aku masih berharap untuk bisa bekerja di biro miliknya tersebut.

Aku hanya menampilkan ekspresi muka tidak suka, sambil pipiku memerah karena malu. Dia hanya tersenyum mesum sambil pergi berlalu. Dia Nampak paham sekali bahwa aku memang sedang butuh untuk terus bekerja di bironya. Sunguh aku sangat benci dan jijik dengan perilaku bosku tersebut. Bosku tersebut seorang pria keturunan cina berusia 40 tahunan. Dia telah berkeluarga, dan keluarganya tinggal di luar Jawa. Namanya Pak Rony. Dia memiliki tinggi 160 cm, dengan badan yang agak gemuk dengan perut yang buncit.

Pada suatu hari, aku menerima kabar dari ibuku yang tinggal di kota Y, bahwa anakku sakit keras hingga harus opname. Bahkan dokter menyatakan bahwa anakku harus dioperasi  secepatnya, kalau tidak bisa fatal. Untuk biaya operasi tersebut butuh uang sebanyak lima juta rupah. Orang tuaku menyatakan bahwa mereka telah kehabisan dana untuk biaya pengobatan anakku. Sementara, aku sendiri sudah kehabisan uang karena kini sudah tanggal tua.

Uang hanya cukup untuk menyambung hidup beberapa hari. Aku pun bingung, harus mendapatkan uang darimana lagi. Masih banyak hutangku pada kawan-kawanku, sehingga aku segan untuk berhutang lagi pada mereka. Satu-satunya yang bisa aku lakukan adalah mengeluh pada Pak Rony. Tapi aku merasa ngeri, karena itu berarti memberinya kesempatan untuk melecehkanku secara seksual. Aku pun menjadi ragu. Akan tetapi, karena aku sudah sangat panik, akhirnya aku beranikan diri untuk mengungkapkan hal itu pada Pak Rony.

Dengan perasaan tidak karuan, aku memberanikan diri untuk menuju ruangan Pak Rony. Saat itu, aku mengenakan jilbab warna pink sepanjang lengan, dengan baju kurung yang sewarna, serta rok panjang hitam dari bahan kain yang lemas. Dengan demikian, celana dalamku agak tercetak di permukaan luar rok ku.

Tok… tok.. tok.. tok… suara ketukanku di kamar kerja Pak Rony

“Masuk”….. aku dengar suara Pak Rony berseru dari dalam ruangan

Aku pun membuka pintu. Pak Rony yang sedang duduk di belakang meja kerjanya menatapku dengan tatapan mesumnya, yang seolah menelanjangi tubuhku.

“silahkan duduk”, katanya mempersilahkanku untuk duduk

“Ada apa cah ayu?….dia bertanya padaku dengan nada menggoda..

Sambil menunduk, aku pun mengatakan keperluanku pada Pak Rony sambil terbata-bata…

“Mmmaaaf  Pak, anak saya sedang sakitt kerass…

Keringat dinginku mulai mengucur….

Terus??? Pak Rony bertanya dengan nada sedikit ketus..

“Mmaksud saya, saya mau pinjam uang sama Pak Rony??”…Unntuk pengobatan anak saya”

Saya sudah tidak ada uang…

Ketika aku berkata seperti itu, Pak Rony hanya mengangguk-amgguk dengan tatapan melecehkan.

“Santi, dengan berat hati saya katakan ke kamu, kalo saya tidak ada uang yang bisa saya pinjamkan ke kamu…?”

“Tolonglah saya Pak Rony, anak saya sakit.. berikan saya lima juta rupiah saja…nanti bisa dipotong gaji saya”…kataku menghiba.. Air mataku mulai mengalir dari sudut-sudut mataku..

“Kamu tau kan, biro ini sedang kekurangan modal”, kata Pak Rony dengan datar dan tenang.. “Jumlah klien kita semakin sedikit”, “makanya pemasukan ke biro juga sedikit..”

“Ya sudahlah, aku bisa usahakan uang itu”…kata Pak Rony…

Kemudian ia membuka laci mejanya dan mengeluarkan beberapa gepok uang 50 ribu rupiahan. Dia pun memberikannya padaku. Setelah dihitung, dia telah memberikan uang padaku sebanyak 6 juta rupiah, lebih banyak dari harapanku.

Pak Rony berkata, Uang itu boleh kamu pinjam dulu.. Kamu nggak usah mikirin ntar gimana ngembalikannya…Udah cepat, kamu bawa pulang.. kamu tunggu anak kamu sampai operasinya selesai…kamu boleh libur…

Dengan perasaan senang dan rasa terima kasih yang tidak terkira, aku pun berpamitan dengan Pak Rony dengan menyalami tangannya.. Aku pun bersyukur, operasi anakku berjalan dengan lancar. Setelah itu, aku kembali bekerja di kantor Pak Rony. Semenjak itu, Pak Rony semakin menjadi-jadi dalam melecehkanku secara seksual.

Karena hutang budiku padanya, aku pun tak bisa berbuat apapun selain pasrah dengan perlakuan Pak Rony. Setiap kali berpapasan denganku, dia tak akan membiarkan pantatku lolos dari jamahannya. Seringkali, dia mengejutkanku dari belakang dengan cara meremas pantatku. Aku hanya bisa menjerit kecil. Semakin lama dia pun semakin berani untuk menjamah tubuhku yang lain. Payudaraku dan pangkal pahaku pun pernah diremasnya.

Yang aku heran, dia paling suka meremas pantatku, walaupun dia sesungguhnya dapat dengan bebas untuk menjamahi payudara dan pangkal pahaku. Ketika aku sedang berdiri di dekatnya, dia mengajakku ngobrol sambil jarinya menelusuri belahan pantatku. Dengan perasaan malu aku ingin menghindari setiap perlakuanya, namun aku tak berdaya. Sungguh, aku merasa menjadi seorang perempuan murahan yang bisa dinikmati oleh pria keturunan cina itu demi sejumlah uang. Sungguh berlawanan sekali dengan penampilanku yang selalu berjilbab sopan ini.

Suatu ketika, seorang pesuruh kantor bernama Om Tatang memberitahuku bahwa Pak Rony memanggilku untuk datang ke ruangannya.

“Mbak, Pak Rony manggil mbak ke ruangannya”

“Huh… ada apa lagi nih??...” tanyaku dalam hati… Pelecehan apa lagi yang akan aku terima???? Gumamku

“Mhhh… iya pak… Nanti saya ke sana…

“Cepat ya mbak...” Pak Rony minta mbak datang cepat….” Kata Om Tatang sambil berlalu

“Iya… Om Tatang...” Kataku sambil tersenyum

Hari itu aku mengenakan jilbab warna krem yang menutupi dua bukit mungilku, dengan baju kurung dan rok panjang…Dengan gontai dan perasaan yang tidak tenang aku pun datang ke ruang Pak Rony.

“tok…tok…tok” ku ketuk pintu ruang Pak Rony

“Masuk...” terdengar teriakan Pak Rony dari dalam ruangan

Aku pun masuk, dan Pak Rony mempersilahkanku duduk

Dengan senyum jahat tersungging di bibirnya, dia menatapku dengan pandangan nafsu. Aku hanya menunduk dengan muka yang malu bercampur cemas.

“Mhhhhh, begini Vina…, saya cuma mau informasikan ke kamu, kalau hutang kamu ke kantor sudah jatuh tempo… Kantor butuh uang itu segera. Kamu bilang mau angsur hutang kamu, tapi sampai sekarang, sudah tiga bulan, kamu sama sekali belum angsur... saya sudah kasih kamu keringanan looo….” Pak Rony berkata dengan nada serius.

Jantungku berdetak keras, memompa darahku cepat sekali.. Wah celaka… pikirku.. Aku jelas tidak mampu untuk membayar hutangku. Bahkan untuk mengangsur pun aku tidak mampu. Kini hutang itu telah ditagih.. Ohhhh… betapa malang nasibku, jeritku di hati.

“Mhhhh…. mmaaf Pak, saya belum mampu membayarnya…” jawabku terbata-bata…

“Kebutuhan saya banyak sekali, dan uang gaji saya saja tidak cukup”….

Tak terasa, air mataku mulai meleleh.

“Iya, saya tau…tapi masalahnya, kantor ini juga butuh biaya.. Kan sudah aku bilang, kalau biro ini lagi butuh dana… Klien kita semakin sedikit???” Suara Pak Rony mulai meninggi…

Air mataku pun semakin deras mengalir.. Tak sadar aku mulai sesenggukan. Dengan ujung jilbabku aku usap air mataku. Pak Rony masih nampak cuek, sambil sesekali melirikku. Sorot matanya menunjukan kelicikan..

“Hmmmmm….apapun kamu harus membayar hutang kamu...”

”Atau kita selesaikan saja secara hukum??” Ancam Pak Rony…

Aku semakin panik dengan ancaman itu…

“Ssaya mohon jangan Pak…”

“Saya pasti akan bayar… Saya masih punya anak Pak….” Kataku tersedu-sedu…

“Trus, kamu mau bayar pake apa?”

“Kamu bilang nggak punya uang?”

“Beri saya waktu satu minggu, saya bisa usahakan...” jawabku putus asa… Satu minggu pun aku tidak yakin akan mendapatkan uang sejumlah itu.

“Wah… wah… Aku meragukan kamu bakalan sanggup membayar...” Paling hanya menunda waktu… Gak ada gunanya… “Saya nggak akan berikan keringanan lagi”

“Sssayaaa mohon Pak...” aku berusaha menahan tangisku agar tak semakin keras…

“Mhhhhh… baik… baik….” “Aku bisa kasi kamu solusi... Supaya kamu bisa lunasin utang kamu”

Aku agak lega mendengar ucapan Pak Rony… Aku memandanginya dengan pandangan bertanya..

“Mhhhhh…boleh tau apa solusinya Pak?” ungkapku

“Kamu bisa bayar hutangmu dengan tubuh molek kamu itu...” Kata Pak Rony sambil melirik padaku dengan sorot mata birahi…

Bagai disambar petir… aku terkejut mendengar ucapan Pak Rony... Aku kehabisan kata kata…

“Nggak, nggak mau...” jawabku sambil menangis

“Kamu bisa apa….?? Kalo kamu ngga bayar sekarang, ya diselesaikan lewat hukum. Aku akan laporkan kamu ke polisi”… Ancam Pak Rony… Dia sungguh lihai mempermainkan perasaanku..

Aku merasa semakin putus asa.. Aku hanya bisa menangis. Tangisku yang tertahan pun mulai keluar juga… Namun Pak Rony tetap tak peduli.. Aku hanya tertunduk sambil menangis. Air mataku telah basahi jilbabku.

“Hehehe…lagian, kamu kan sudah lama jadi janda.. Masa sih gak kangen sama kontol??? Kamu puas, hutangmu lunas… Tawaran menarik kan?? Goda Pak Rony…

“Kamu tinggal ngangkang aja, biar memekmu disodok pake kontol-kontol lelaki” Dengan tubuh kaya kamu, gak sulit kok kamu dapet duit banyak.. hehehe... Apalagi yang jilbaban kaya kamu, pasti banyak peminatnya..

Tanpa ku sadar, Pak Rony telah berdiri di sampingku, dan tanpa basa-basi, dia pun menarik tanganku hingga aku berdiri. Aku ingin menolak dan lari, namun aku sadar bahwa aku tidak lagi punya kuasa. Bahkan pada diriku sendiri. Kini aku telah dikuasai oleh Pak Rony. Aku hanya pasrah ketika ia menarik tubuhku hingga berdiri.

Dengan penuh birahi, Pak Rony menarikku ke dalam pelukannya. Dengan rakus Pak Rony melumat mulutku dengan mulutnya. Tangannya menjamahi dua payudaraku yang masih tertutup jilbab itu. Kurasakan perut buncit Pak Rony menekan tubuhku. Mhhhh….. mphhhhhh…. aku berusaha meronta menghindari ciuman Pak Rony… namun mulutnya terus mengejar mulutku.

Dengan kasar dibaliknya tubuhku hingga aku membelakanginya. Lalu ditekannya tubuhku hingga perutku menempel di tepi mejanya. Tanganku berpegangan pada meja agar menopang badanku. Kini aku dalam posisi agak membungkuk, dengan pantat yang membusung ke arah Pak Rony. Kini pantatku begitu bebas untuk dijamahinya. Dengan kasar dia meremas pantatku. Aku merasakan ada sesuatu yang menganjal di pantatku.. Ohhhh,ternyata itu adalah kontol Pak Rony yang sudah menegang dan mengeras.

Sambil menggesek-gesekan kontolnya di pantatku, salah satu tangan Pak Rony juga meremasi bongkahan pantatku yang montok dan padat itu, sedang tangan yang lain kini telah mencengkram salah satu payudaraku yang masih tertutup jilbab. Jilbab itu menjadi kusut akibat remasan tangan Pak Rony. Aku merasakan bahwa tangan Pak Rony telah mulai menyusup masuk ke balik jilbabku yang menutup dadaku. Dia meremasi payudaraku dari balik baju kurungku.

Mhhhh…. ahhhh…. ohhhhh…. jeritan-jeritan kecil terlontar dari mulutku ketika Pak Rony menyentil ujung payudaraku dengan keras, sementara kontol nya yang masih berada di dalam celana itu menekan pantatku ke depan.


Tangan yang satunya kini telah meremas-remas pangkal pahaku.. mulut Pak Rony dengan rakus menggigit leherku yang masih tertutup jilbab warna krem itu, hingga nampak basah bekas gigitan. Kepalaku yang tertutup jilbab krem itu hanya bisa menggeleng-geleng, dan terkadang mengadah ke atas, setiap kali Pak Rony menyodokan kontolnya ke pantatku.. Kini tangan Pak Rony mulai menarik ritsleting baju kurungku yang ada di punggungku. Dengan terampil tangannya menurunkan baju bagian atas baju kurung itu, dan menyampirkan jilbabku ke pundak. Kini pundak dan punggung putihku pun terbuka.

Tak lama kemudian, aku merasa bahwa pengait braku di bagian belakang telah terbuka. Secara umum, bagian atas tubuhku telah setengah terbuka, dan dua payudara ku yang tak seberapa besar itu menggelantung di atas meja. Dengan rakus Pak Rony menciumi dan menjilati punggungku, hingga basah oleh liurnya. Kedua tangan Pak Rony pun tak tak henti-hentinya meremas dan memilin dua puting mungilku yang berwarna coklat muda itu.

Ahhhhhhh….. udahhh… lama aku menunggu saat ini… bisik Pak Rony di telingaku yang tertutup jilbab itu…

Mhhhh ohhhhh…. mhhhhhh….. desahku….

Walaupun aku telah lama tidak menikmati sentuhan pria, sungguh, aku tetap tidak bisa menikmati perlakuan Pak Rony itu. Aku justru merasa terhina, karena kontol seorang pria yang bukan suamiku kini sedang menggesek-gesek pantatku yang masih tertutup rok itu. Selama ini hanyalah mantan suamiku yang pernah menikmati bibirku, menghisap dua putingku yang sedang mengeras, dan menyodokan kontolnya di lubang surgaku yang basah. Saat ini, seorang pria yang bukan suamiku dengan bebas dapat menikmati pantatku, dan tangannya dengan bebas memilin dan meremas puting payudaraku.. Ohhh, betapa malang nasibku..

Aku dengar suara ritsleting celana Pak Rony.. Tak lama kemudian Pak Rony pun membalikkan tubuhku hingga posisiku berhadapan dengannya. Terlihatlah pemandangan yang membuatku takjub. Kontol Pak Rony yang menjulang sepanjang 17 cm. Jauh lebih besar dari pada milik mantan suamiku. Dengan rakus Pak Rony pun menghisap puting payudara kiriku, sementara tangan satunya memilin dan meremas payudaraku yang kanan. Terasa gigitannya pada payudaraku yang kemudian disentakannya hingga aku menjerit…

“ahhhhhhhhh...” Pantatku kini bersandar pada tepi meja, dengan posisi tangan menekan meja di belakang tubuhku. Mhhh... ahhhhh… jeritan dan rintihan yang keluar dari mulutku semakin membakar birahi Pak Rony.

Pak Rony seringkali menyampirkan kembali ujung jilbabku yang turun hingga menutupi dadaku ke pundakku. Pak Rony pun kemudian mengangkat rok ku ke atas.. nampaklah dua kaki dan paha mulusku telanjang, dan secarik kain celana dalam di pangkalnya. Salah satu tangan Pak Rony memegangi ujung rok ku agar tak turun, sementara tangan lain melebarkan dua pahaku, hingga pangkalnya yang masih tertutup celana dalam itu semakin menganga. Kurasakan benda keras mulai menyusuri belahan kemaluanku.

Salah satu tangan Pak Rony menuntun benda keras itu agar mengesek-gesek dengan belahan memekku yang tertutup celana dalam itu. Ohhhhh…. walau aku berusaha mengingkarinya, tak dapat kupungkiri bahwa sensasi gatal di memekku mulai kurasakan. Aku pun mulai merasa lemas dan birahi. Aku berada dalam dilema. Aku dipaksa untuk menikmati perlakuan Pak Rony, walaupun sesungguhnya aku enggan. Tangan Pak Rony pun mulai mencari-cari ritsleting rok ku, dan segera melepasnya.

Kini bagian bawahku telah benar-benar telanjang, hanya celana dalam putihku yang masih melindungi lubang kehormatanku. Sedangkan kepalaku dibiarkannya tetap berjilbab, dan payudaraku telah menggelantung indah dengan bekas gigitan dan basah air liur Pak Rony. Dengan kasar Pak Rony menarik jilbabku hingga aku terjatuh dalam keadaan bersimpuh. Dihadapanku kini sebatang kontol Pak Rony yang tegang dan mengeras itu.. Sambil mengarahkan kepalaku dengan tangannya ke arah kontolnya, Pak Rony mengatakan

“Ayo… Kulum kontol bapaakkk…!!!” Dengan perasaan jijik, aku pun memenuhi permintaannya.

Kepalaku yang tertutup jilbab itu nampak maju mundur… Sementara payudaraku tengah bebas menggelantung, dan bagian bawahku telah telanjang, hanya celana dalam yang tersisa… mphhhhh… mhhhhh… lenguhku saat kontol Pak Rony menerobos mulutku.. Pak Rony menyuruhku menjilati ujung kontolnya hingga lubang kontolnya.

Uhhhh…. aku merasa ingin muntah… Mulutku pun penuh oleh kontolnya. Tak satu jengkalpun bagian kontolnya yang tidak berkesempatan menikmati pelayanan bibir dan lidahku. Bahkan testisnya pun turut aku jilati.. Dengan perasaan muak, aku terpaksa melakukan hal itu.

Setelah puas, Pak Rony memintaku berdiri.. Dengan kasar ia mencengkram pantatku yang masih tertutup celana dalam itu, dan menariknya hingga posisiku membelakanginya. Ia menarik turun celana dalamku, hingga kini tak ada lagi yang melindungi lubang kehormatanku. Pak Rony pun berlutut di belakangku. Kini dia menguakan bongkahan pantatku lebar-lebar. Lubang anus dan kemaluanku telah mengarah tepat di depan wajahnya…Tiba-tiba, aku merasakan sensasi hangat di permukaan anusku.

Ternyata Pak Rony telah menjilati anusku. Sensasi geli kurasakan menjalar dari anus ke seluruh badan. Tubuhku terasa lemas setiap kali lidah Pak Rony menyentuh permukaan anusku. Aku heran, dia tidak merasa jijik. Setelah dia puas, lidahnya pun berpindah ke belahan lubang memekku. Dia menguakan bibir bagian luar memekku. Tak lama kemudian, dia pun menjilati seluruh permukaannya. Klitorisku tak luput dari jilatan dan gigitan lembutnya. Aku semakin pasrah dengan perlakuan Pak Rony. Kurasakan memekku semakin basah, baik oleh air liur Pak Rony maupun cairan cinta yang keluar dari dalam memekku.

Ohhhhhh…. mphhhhhh…. ampuuunnnn…. jangan diteruskannnnn…. Slurp… slurppp… terdengar sedotan Pak Rony di permukaan memekku semakin bernafsu.

Tak lama kemudian Pak Rony pun berdiri. Dia menarik pinggulku ke belakang, hingga pantatku dan memekku semakin terkuak lebar. Tiba-tiba aku rasakan sebatang kontol yang keras telah melesak masuk ke dalam liang kenikmatanku dari bagian belakang. Aku merasakan perih pada dinding vaginaku saat batang kontol Pak Rony bergesekan dengan dinding liang kenikmatanku, yang selama ini terjaga dari kontol pria selain suamiku.

Ahhhhhhhhhhhhhhhhh….. lengkinganku saat kontol Pak Rony disodokan dengan keras… Rasanya lubang memekku hampir terbelah.

“Ouhhhh…. Vina.. memekmu enak banget… udah lama Bapak nggak ngerasain memek kaya punyamu… mhhhh…ouhhhhh…. akhhhhhh….. rancau Pak Rony sambil menggenjot lubang memekku… Cepok, cepok, cepok.. suara pinggul Pak Rony saat bertumbukkan dengan bongkahan pantatku yang sedang membusung ke arahnya. Aku sedang dinikmati dengan posisi doggy. Aku heran, dia nampaknya memang begitu terobsesi dengan pantatku, hingga selama memakaiku pun dia lebih banyak meremas pantatku daripada dua payudaraku.

Ohhhh… mhhhh…. oughhhhh…. badanku bergoncang-goncang. Kepalaku yang berjilbab itu hanya mampu menggeleng dan mendongak ke atas. Payudaraku bergoyang seiring hentakan kontol Pak Rony di dalam liang kenikmatanku.. mhhhhhh…ahhhhhh… mhhhhh…. rintih dan jeritku setiap kali kontol Pak Rony melesak dalam memekku.

Viiinnnn….memekmu masih serettttt….. rancau Pak Rony… Kepalamu yang berjilbab bikin aku tambah ngaceng… ouhhhh…. Bapak ketagihan diservis sama memekmu….. enak bangetttt….. walaupun janda tapi memekmu masih ngigit…. Mhhhh.. ouhhhhh…. akhhhhhhh…. jawabku dengan desah dan rintih……

Masih dalam posisi doggy, Pak Rony tiba-tiba menarik kontolnya keluar dari memekku. Kini tubuhku yang lemas hanya bisa terbaring tengkurap diatas meja. Kepalaku yang masih berjilbab aku sandarkan di meja, sedangkan dua tanganku terentang berpegang pada tepian meja. Sementara itu, aku merasakan cairan dingin di anusku.. aku hanya bisa pasrah..

“mhhhh….. anusmu kayanya masih perawan nihh… Sini, biar Bapak perawanin…

Aku ketakutan, dan berusaha menolak...

“Udahhh, jangan nolak… kok beraninya kamu nolak permntaan Bapakk…”

Aku pun pasrah.. Cairan itu adalah cairan pelumas. Aku merasakan kepala kontol Pak Rony mulai menempel di lubang matahariku.. perlahan-lahan kepala kontol itu mulai menguakan lubang matahariku.. kurasakan kepala kontol itu semakin dalam masuk ke dalam anusku. Rasanya sungguh perih, walaupun telah dibantu oleh cairan pelumas itu. Pak Rony pun mulai mempercepat genjotannya dalam anusku.

Akhhhhh….. ouhhhhh…. terasa panas di dinding anusku akibat gesekan kontol Pak Rony itu.

ouhhhhh…. sakkkkiiiiittt…. ahhhh.. akhhhhhh…. jeritku…. Sambil menggenjot anusku, kedua tangan Pak Rony meremasi kedua payudaraku. Bahkan satu tangan Pak Rony menarik ujung jilbabku ke belakang, hingga kepalaku terdongak keatas. Mhhh ohhh… akhhhhh…. jeritku kesakitan… Pak Rony nampaknya telah hampir klimaks.. Dia pun segera menarik kontolnya dari anusku dan menariknya seperti kesetanan. Dia melompat ke atas meja lalu membalikan tubuhku hingga terlentang di atas meja. Kini posisinya duduk berlutut dengan kontol yang mengarah ke wajahku… Dua pahanya mengangkangi wajahku……

Akhhhhhhhhhhhhhhh……….. teriakan Pak Rony yang telah klimak itu…. Crott……… crorttt…. crottttt….. cairan putih kental yang berbau tak sedap itu pun menyembur ke wajah dan mulutku.. aku hanya memejam, agar cairan itu tak masuk ke dalam mataku.

Sebagian telah tertelan.. Jilbabku basah oleh cairan kental berbau amis itu, begitu pula baju kurungku… Kulihat Pak Rony terengah-engah setelah mencapai klimaks.. Aku hanya terlentang lemas setelah satu jam, dia menikmati semua lubang kepuasan di tubuhku…

“Memek sama anusmu memang hebat Vin… Bapakk ketagihan buat make kamu.. Selama setahun bapak cuma bisa ngeremes pantatmu, sambil bermimpi suatu saat bias njebol lubang anusmu….” Kata Pak Rony

Aku sebetulnya merasa tersinggung dengan ucapannya. Harga diriku telah hilang sekarang.. Kini aku harus siap untuk dinikmatin kapan saja oleh Pak Rony. Aku tak bisa berbuat apa-apa kini.. Setelah beristirahat selama 30 menit, sambil aku menangis sesenggukkan, aku pun minta ijin kepada Pak Rony untuk membersihkan diri di kamar mandi yang ada di ruangannya..

“Ohhhh, tidak usah… kamu kan capek” sekarang saatnya kamu yang dilayani” kata Pak Rony

“Maksud Pak Rony??” jawabku

“Biar Om Tatang saja yang bersihkan tubuh Vina… hehehe”

Ouhhhh…. laki-laki gila… belum puas ia menghancurkan kehormatan dan harga diriku.. kini aku harus rela dijamah oleh satu pria lagi. Nampak Pak Rony menelpon dengan HP nya, menyuruh Om Tatang masuk sambil membawa ember air hangat dan lap basah. Tak lama Om Tatang pun masuk.. Ia sungguh terkejut melihatku dalam keadaan berjilbab, namun dengan baju kurung yang terbuka setengah, hingga payudaraku menggelantung indah, dan bagian bawah yang telah telanjang bulat…

“Lhoooo,mbak Vina?????” Tanya Om Tatang keheranan…

Aku hanya tertunduk malu, sementara aku tahu bahwa mata Om Tatang tidak lepas memandang tubuh telanjangku..

“Tenang Om Tatang”, kata Pak Rony pada Om Tatang…

“Mbak Vina barusan kerja keras, jadi dia sekarang gerah dan capek…. hehehehe….”

“makanya dia kepengen bersihin badannya” “Kan kasihan, daripada dia bersihin badannya sendiri, kan lebih baik diladenin sama Om Tatang… hehehe”

“Maksud bapak? Tanya Om Tatang masih kebingungan…

“Maksudnya ya tolong Om Tatang ngelapin tubuhnya mbak Vina, terutama bagian lubang memek sama anusnya itu” Gimana Om Tatang?

“Haaaaa, Bapak beneran???? tanya Om Tatang tidak percaya…

Beneran… sudah, nggak usah banyak omong… Om Tatang mau gak???? tanya Pak Rony…

“Mauuu… mau… iya pak… mau….” Sorak Om Tatang

“Yaudah sana…” Pak Rony menyahut

“Ayoooo, sini mbak Vina… cah ayuuu…. biar Om Tatang ngelapin memekmu” seru Om Tatang kegirangan…

Aku hanya menunduk, tapi badanku sudah terlalu lemah, sehingga aku hanya bisa pasrah saat Om Tatang menggandengku menuju kamar mandi. Dia pun melucuti seluruh sisa pakaianku termasuk jilbabku, sehingga aku telanjang bulat.

Dengan lap basah, dia mulai membasuh tubuhku dari ujung kepala hingga ujung kaki. Saat menggosok liang memekku, dia pun berkomentar..

”Wahhhh, memeknya mbak Vina ini masih sempit yah.. sambil jarinya menyentil-nyentil klitorisku… beda sama memeknya lonte lokalisasi.. udah pada lower” Aku hanya terdiam sambil menahan tangisanku.

Om Tatang memelukku dari belakang. Satu tangannya meremasi payudaraku, sedang tangan lainnya sibuk menggosok memekku.

“Mbak, yang bagian dalam memek mbak belum dibersihkan, biar kontol Om Tatang nanti yang ngegosokin bagian dalam memeknya mbak… hahahaha”, kata Om Tatang..

Pak Rony berdiri di pintu kamar mandi senyum-senyum melihat ulah Om Tatang kepadaku.

“Kontol Om Tatang udah ngaceng nih” Wahhh… mimpi apa Om Tatang semalem.. selama ini Om Tatang cuma membayangin gituin mbak Vina… impian Om Tatang jadi kenyataan..

“Om Tatang, itu jilbabnya dipakaiin lagi”

“lebih ngacengin kalo make jilbab”

“Siapp bosss…” kata Om Tatang

Setelah selesai membersihkan diriku, aku pun disuruhnya lagi memakai jilbab, namun dengan tubuh yang telanjang bulat. Kini telah kukenakan jilbab warna kremku yang masih ada bercak-bercak sperma Pak Rony..

“Om Tatang, ini uang buat Om Tatang” Pak Rony mengeluarkan uang seratus ribuan dan diberikan pada Om Tatang.

“Syaratnya, Om Tatang harus tutup mulut tentang rahasia di kantor ini… nah sekarang Om Tatang boleh nikmatin mbak Vina sepuasnya…

“Siap bossss” Kata Om Tatang.

Om Tatang mendorongku ke sofa di ruang Pak Rony… Tanpa basa-basi ia pun mengeluaran kontolnya yang berukuran 18 cm. Dengan kasar ia menarik jilbabku hingga kepalaku mengarah ke kontolnya..

“Ayo, diemut mbak” kontolnya Om Tatang sudah lama nggak dibasahin nih…” kata Om Tatang disambut dengan tawa Pak Rony.. Tanpa aku sadar, Pak Rony telah datang dengan membawa sebuah handycam untuk merekam persetubuhanku dengan Om Tatang..

“Hehehe, kamu memang cocok jadi bintang bokep”

“Apalagi bokep cewek berjilbab” hehehehe

Mhhhhh… oukhhhhh…… kepalaku yang berjilbab itu maju mundur mengulum kontol Om Tatang yang keras.. Laki-laki duda berusia 50 tahun itu Nampak merem melek menikmati kulumanku. Ia duduk di sofa, sedangkan aku kini tersimpuh di lantai ruang itu..

Ohhh… mbak Vina… ohhhh… kuluman mbak lebih enak dari lonte pelabuhan” hhhhhh… mhhhh..

Setelah puas dengan mulutku, Om Tatang menyuruhku untuk terlentang di sofa. Dengan rakus ia pun mengulumi payudaraku dan menggigit-gigit putingku yang mungil kecoklatan itu…

Owhhhh… mhhhh… Om Tatang…. sakkkittttt….

Om Tatang semakin liar mengulum putingku. Satu tangannya memilin-milin payudaraku yang lain, sedang tangan satunya lagi memainkan klitoris… kini aku merasakan kegelian… kurasakan jari-jari Om Tatang menusuk-nusuk liang memekku…

Om Tatang kemudian melebarkan kedua pahaku dan blessssssssssssssssss…. kontol Om Tatang pun terjepit dalam liang nikmatku… Tubuhku terguncang-guncang, sementara tangan Om Tatang sibuk memilin-milin putingku…”ohhhh, mbak Vina…. memekmu enak banget….. Om Tatang belum pernah ngerasain memek kaya punya mbak Vina……

Tiba-tiba Om Tatang menghentikan genjotanya, dan menarik kontolnya.. Ia membalik tubuhku hingga tengkurap, lalu menyuruhku menungging.. Aku hanya pasrah mengikuti arahan Om Tatang… Dalam posisi menungging, sekali lagi Om Tatang menyodokkan kontolnya dalam liang nikmatku. Dengan sodokan-sodokannya yang keras, tubuhku pun terguncang-guncang. Tangannya meremasi payudaraku dan sesekali menampar paha dan pantatku hingga terasa pedih. Aku diperlakukannya seperti seekor kuda tunggangan atau sebuah boneka seks…. Aku hanya bisa pasrah menerima perlakuan itu..

“Mhhhh,… memek lonte jilbaban ternyata enak… mhhhh… ouhhhh” rancau Om Tatang saat kontolnya terjepit dalam liang kenikmatan.

Om Tatang yang telah lama menduda, dan selama ini memuaskan hasrat seks nya dengan pelacur pelabuhan, yang tentu saja tua-tua dan tidak higienis. Kini kontol Om Tatang berkesempatan untuk menikmati liang memek seorang wanita muda berjilbab, dimana liang memeknya selalu terjaga dan terawat. Bahkan pria kaya dan tampan pun belum tentu kuijinkan untuk bisa menjepitkan kontolnya dalam lubang memekku, kecuali menikahiku, namun kini, seorang pesuruh kantor yang tua malah berkesempatan menikmati liang memek milikku dengan gratis… ohhhhh… nasibku….

Bukan hanya liang memekku, kontol Om Tatang pun kini telah merasakan pula jepitan lubang anusku… kali ini tidak terlalu sakit… justru anehnya, aku pun mulai menikmati permainan Om Tatang.. Om Tatang menarik kontolnya, lalu menarik jilbabku hingga kepalaku mendekat kearah kontolnya. Tangan satunya sedikit mencekik leherku, sehingga mulutku terbuka, dan KHHHHHHHHHHHHHHHH…. teriakan Om Tatang saat orgasme…..

Cretttt… creeeetttttt… creeeettttt…. cairan putih hangat masuk seluruhnya ke mulutku.

Bukan hanya itu, Om Tatang pun menyuruhku untuk menelan semua spermanya…. hueekkkkkkk…. rasanya muak sekali.. namun aku terpaksa… nampak sisa-sisa sperma mengalir dari sela-sela bibirku, hingga menambah noda di jilbab kremku… Sisa-sisa sperma yang ada di lantai dan sofa pun harus kujilati pula.

Semua adegan itu direkam oleh Pak Rony.. Pak Rony mengancam, jika aku melaporkan kejadian ini pada polisi, atau tidak mau menuruti kehendaknya, maka video itu akan tersebar. Kejadian di kantor saat itu barulah sebuah awal penderitaanku.

Pak Rony ternyata menjualku pada para pria hidung belang, bukan sekedar untuk membayar hutangku, namun juga untuk membiayai bironya yang hampir bangkrut itu… Dengan jilbab di kepala dan wajahku yang keibuan, banyak bos-bos yang rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk diberikan pada Pak Rony demi memperoleh kesempatan menjepitkan kontolnya ke dalam liang memek dan anusku dengan tetap mengenakan jilbabku.